Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, ‘kegembiraan’ dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) ‘luar’ dan movere
‘bergerak’ Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu
daripada suasana hati. Emosi adalah hasil reaksi dari sebuah pemicu.
Dibalik kemunculan emosi, selalu ada alasan yang melatarbelakanginya.
Setiap manusia dimuka bumi ini pasti
memiliki emosi. Tuhan memberi emosi dalam diri manusia dengan tujuan
tertentu. Semua emosi (marah, sedih, tertekan, gembira, bahagia) pasti
memiliki kegunaan. Emosi yang ada dalam diri manusia merupakan gabungan
dari faktor fisiologis maupun faktor proses mental (kognitif). Jadi
posisi emosi itu netral, bagaikan sebuah pisau yang tajam, apakah kita
mau menggunakan untuk mengupas buah atau untuk menyakiti orang lain,
tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Kita dapat menelusuri apa yang
membangkitkan emosi kita: adakah faktor fisiologis yang ikut berperan?
Seperti makanan, minuman yang kita konsumsi atau obat tertentu yang
memengaruhi fisiologi tubuh kita? Apakah faktor hormonal, misalnya haid,
menopause, andropause? Bila kesemuanya ini tidak ada berarti emosi kita
benar-benar dipicu oleh situasi sosial yang ada.
Dengan mengenali asal muasal emosi
seperti itu, kita dapat lebih mengendalikan emosi. Contohnya Seorang
wanita yang menjadi mudah marah menjelang atau sedang haid. Bila ia
menyadari dampak situasi fisiologis haidnya, ia lebih dapat
mengendalikan diri untuk tidak marah meski ada pemicu dari lingkungan
sosialnya (pekerjaan tidak lancar, anak membuat kecewa, dsb). Bayangkan
bila kemarahan itu kita lepaskan begitu saja, mungkin situasi justru
berkembang tidak menguntungkan.
Seperti ucapan Dalai Lama, bahwa manusia
bisa mengubah pikiran dan emosi menjadi positif, maka kita perlu
mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan.
Kita memiliki kebebasan untuk mengendalikan emosi kita. Bila kita dapat
mengendalikan emosi, berarti kita juga mengendalikan perilaku. Tanpa
pengendalian emosi, tujuan hidup dalam jangka panjang mungkin tidak
tercapai akibat perilaku kita berakibat fatal. Jadi selama kita bisa
mengendalikan emosi dengan baik, maka kehidupan kita akan berjalan
lancar. Bila kita tidak mampu, maka akan kita terjebak oleh kesalahan
kita sendiri yang tidak mampu mengendalikan emosi.
Sumber :
Anonim. (2011). Kegunaan Emosi. Diunduh dari www.fitrisblog.wordpress.com. Diakses 3 April 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar